Voxnews.id – Status perempuan yang independen dan laki-laki mapan menjadi perbincangan senasional. Hal ini lantaran pernyataan Prilly Latuconsina yang menuai pro-kontra.
Prilly pernah memposting pernyataan di akun X-nya.
”Banyak cewek independen, tapi cowok mapan dikit. Itu data valid loh. Jadi cewek-cewek ini, kita tuh pengin protes sebagai cewek yang independen.”
Pernyataan ini menberikan reaksi yang luar biasa. Ada yang pro, ada pula yang kontra. Sebagian besar dikaitkan dengan tren “marriage is scary”. Tren ini menyoroti ketakutan terkait pernikahan.
Pernyataan Prilly ini dikhawatirkan para netizen bahwa akan membuat para perempuan enggan untuk menikah dan para laki-laki pun tidak menerima bahwa hanya sedikit yang mapan.
Namun, masih banyak yang belum tahu bagaimana seseorang bisa menjadi independen dan mapan. Melalui artikel ini, akan dibahas tentang kata “independen” dan “mapan” itu sendiri.
ARTI KATA INDEPENDEN DAN MAPAN
Berbicara mengenai independen dan mapan, tidak bisa langsung diartikan mentah-mentah. Kita bisa mengetahui melalui dari arti kata itu sendiri secara etimologi.
Kata “independen” merupakan sebuah ungkapan bahasa Inggris, yaitu independent yang berarti bebas atau merdeka. Selain itu, independen dapat dipahami sebagai sifat mandiri dan tidak bergantung pada pihak lain.
Seseorang dapat dikatakan independen jika memiliki karakteristik sebagai berikut:
* Memiliki pendirian yang teguh dan tidak mudah terpengaruh oleh orang lain
* Mampu melakukan sesuatu tanpa bantuan orang lain
* Berani menyampaikan pendapatan kepada orang banyak
* Memiliki kemampuan untuk mengatasi masalah atau tantangan hidup
* Memiliki empati yang tinggi terhadap orang lain
* Mampu mengelola kondisi mentalnya
* Mampu menempatkan diri dengan baik dalam pertemanan
Independensi bukan hanya tentang kebebasan fisik, tetapi juga tentang kemandirian dalam berpikir, bertindak dan hidup secara menyeluruh.
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi sikap independen seseorang antara lain faktor usia, gender, konsep diri, pendidikan, keluarga, serta lingkungan ekonomi-sosial.
Sedangkan kata “mapan”, berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), mapan berarti mantap, baik, tidak goyah, stabil akan kedudukannya (kehidupannya).
Seseorang bisa dianggap mapan jika dia memiliki berbagai kriteria, diantaranya:
* Finansial : memiliki pendapatan yang stabil, baik dari pekerjaan, bisnis atau investasi. Seseorang yang mapan secara finansial biasanya memiliki tabungan, mampu memenuhi kebutuhan dan terbebas dari utang
* Disiplin : menerapkan disiplin dalam semua aspek kehidupan
* Motivasi : memiliki motivasi yang kuat untuk merencanakan keuangan dan hidup mapan
* Target realistis : memiliki target yang realistis untuk mencapai hasil yang maksimal
* Pengeluaran : mengatur pengeluaran dengan mengurangi pengeluaran konsumtif
* Utang : lunasi utang yang tidak produktif
* Investasi : memanfaatkan uang untuk berinvestasi
* Kemampuan mengelola keuangan : memiliki kemampuan yang baik dalam mengelola keuangan
* Evaluasi : melakukan evaluasi
* Mantap pribadi : seseorang yang mapan juga harus mantap secara pribadi
* Bertanggung jawab : seseorang yang mapan harus bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri
* Kontribusi : seseorang yang mapan harus mampu memberikan kontribusi kepada orang lain, seperti keluarga
* Status sosial : seseorang yang mapan diharapkan memiliki status sosial dan reputasi yang baik.
Namun, tiap orang tidak bisa menentukan apakah seseorang telah independen maupun mapan. Karena kriteria independen dan mapan dapat berbeda-beda tergantung sudut pandang masing-masing orang.
Bisa jadi, si A merasa independen dengan bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari dari gaji sendiri tanpa dibantu orang tua. Tapi si B merasa independen ketika bisa bahagia tanpa harus memiliki hubungan yang romantis sama sekali.
Kemapanan pun demikian. Si C merasa mapan ketika dia bisa membiayai sekolah saudaranya sendiri dengan penuh. Tapi si D merasa mapan ketika dia bekerja di BUMN.
Pandangan Sosiolog
Dilansir melalui artikel dari Universitas Muhammadiyah Malang, Dosen Sosiologi Luluk Dwi Kumalasari menyatakan bahwa pernyataan dari Prilly ini mencerminkan realitas sosial yang kompleks, namun perlu dipahami lebih mendalam.
Menurut Luluk, independensi perempuan tidak hanya sebatas kebebasan finansial, tetapi juga mencakup kemampuan berpikir rasional, mandiri, dan bijak menghadapi tantangan hidup.
“Perempuan independen adalah perempuan yang berdaya, memiliki prinsip hidup yang kokoh, dan mampu mengambil keputusan bijak. Ini tidak hanya berlaku bagi mereka yang belum menikah, tetapi juga bagi perempuan yang telah berkeluarga,” jelas Luluk.
Sementara itu, konsep kemapanan sering kali dimaknai secara sempit sebagai kecukupan finansial. Luluk menegaskan bahwa kemapanan juga melibatkan kematangan pribadi, tanggung jawab, serta kemampuan berkontribusi kepada orang lain, termasuk keluarga.
“Mapan bukan sekadar soal penghasilan, tetapi juga tentang kemampuan menghadapi tantangan hidup dengan bijak,” tambahnya.
Ia juga menyoroti dampak pandemi Covid-19 terhadap dinamika sosial-ekonomi. Banyak pria mengalami penurunan kelas sosial akibat pemutusan hubungan kerja (PHK) atau kebangkrutan usaha, sehingga persepsi mengenai minimnya pria mapan pun muncul.(*)