Samarinda – Citra Niaga, pusat perbelanjaan ikonik yang menjadi saksi perjalanan ekonomi dan budaya Kota Samarinda sejak 1980-an, kini menghadapi tantangan besar untuk kembali ke masa kejayaannya. Di tengah gempuran pusat perbelanjaan modern dan dampak pandemi COVID-19, Citra Niaga berusaha bangkit sebagai ruang ekonomi lokal yang tetap relevan.
Dibangun di atas lahan bekas Taman Hiburan Gelora yang terbakar, pasar ini awalnya dirancang untuk meremajakan kawasan kumuh sekaligus menjadi pusat aktivitas ekonomi bagi pedagang kecil dan menengah.
Dengan luas 2,7 hektare, Citra Niaga pernah menjadi destinasi wajib bagi wisatawan yang berburu oleh-oleh khas Kalimantan, seperti ukiran kayu, kain tenun, hingga perhiasan manik-manik.
Namun, daya tarik pasar ini mulai pudar. Kehadiran mal modern yang menawarkan kenyamanan lebih membuat jumlah pengunjung kian menyusut.
Pandemi COVID-19 semakin memperburuk keadaan, meninggalkan jejak sepi yang belum sepenuhnya teratasi
“Dulu sempat ramai, tapi sekarang terasa jauh berbeda meskipun sudah direnovasi. Kami berharap pasar ini bisa hidup kembali seperti dulu,” ungkap Ami, salah seorang pengunjung yang ditemui, Jumat (17/1).
Renovasi besar-besaran oleh Pemerintah Kota Samarinda di bawah kepemimpinan Wali Kota Andi Harun memberikan secercah harapan.
Perbaikan fasilitas dan estetika pasar diharapkan mampu menarik kembali minat pengunjung. Namun, bagi pedagang, tantangan yang lebih besar adalah menciptakan suasana pasar yang nyaman dan relevan dengan kebutuhan masyarakat.
Abdi, pengunjung lainnya, menyoroti pentingnya penataan ulang fasilitas pendukung. “Lingkungannya sudah cukup bagus, tapi penataan parkir masih perlu diperbaiki. Pejalan kaki sering merasa tidak nyaman,” katanya. (*)