Voxnews.id – Perayaan hari Raya Natal bagi umat kristiani selalu identik dengan musim dingin. Pohon cemara yang dihiasi ornamen dan lampu, putihnya salju, dan perapian yang menghangatkan tubuh.
Tetapi, ada beberapa negara yang tidak memiliki suasana musim dingin itu. Mereka merayakannya ketika pada posisi sedang di musim panas. khususnya pada bumi di bagian selatan. Salah satunya Indonesia.
Selain Indonesia, berikut 6 negara yang merayakan natal pada musim panas.
Dikarenakan tidak ada white christmas, masyarakat sering merayakan Natal dengan berlibur ke pantai maupun berkemah. Pun, merayakannya di rumah bersama keluarga.
Di kota-kota besar Selandia Baru, paduan suara lagu natal dan parade berlangsung di banyak tempat. Anda juga dapat melihat Sinterklas. Selandia Baru memiliki lagu-lagu Natalnya sendiri dan orang-orang menyanyikannya di sejumlah tempat strategis. Orang-orang umumnya berkumpul sebelum makan siang untuk membuka hadiah Natal bersama.
Afrika Selatan juga berada di belahan bumi selatan sehingga perayaan Natalnya juga jatuh pada musim panas. Nyanyian Carol adalah bagian besar dari perayaan dan begitu juga pesta Natal.
Pohon cemara digunakan untuk hiasan di luar rumah dan anak-anak meninggalkan kaus kaki untuk mendapatkan hadiah dari Sinterklas. Saat musim panas, bunga bermekaran dan orang suka berada di luar jika cuaca tidak terlalu panas.
Masyarakat Argentina kreatif untuk menghidupkan suasana white christmas mereka. Pohon apapun mereka hias dan mereka juga menghias dengan bola-bola kapas yang menggambarkan hujan salju.
Argentina memiliki populasi penganut Katolik yang besar, karena itu, kebanyakan orang pergi menghadiri misa tengah malam. Beberapa orang juga mengikuti tradisi tetap terjaga pada malam Natal untuk sekedar berbincang dengan teman dan keluarga, kemudian tidur hampir sepanjang hari.
Bolivia adalah sebuah negara di Amerika Selatan yang juga merayakan Natal di musim panas. Meski begitu, penduduk Bolivia yang hampir semua beragama Kristen juga memgadakan acara khusus di akhir tahun seperti menggelar festival yang berlangsung hingga 6 Januari atau disebut Epiphany.
Banyak yang bahkan bertukar hadiah selama waktu ini, bukan pada tanggal 25 Desember. Pohon Natal tidak terlalu umum di Bolivia, tetapi mereka sering membuat kerupuk setelah misa tengah malam.
Sama dengan Argentina, mereka juga ingin membuat Natal di musim panas tapi terasa seperti di musim dingin. Salah satunya menggunakan dekorasi khas Natal. Ada holly (tumbuhan hijau yang daunnya runcing), salju, burung robin, dan lainnya.
Mereka umumnya merayakan Natal dengan pergi ke gereja, menikmati waktu bersama keluarga dan menyantap santapan Natal. Ada juga pertunjukan kecil oleh anak-anak di gereja dan orang saling bertukar hadiah kecil. Gereja juga membagikan permen kepada orang-orang untuk perayaan itu.
Di Negeri Kanguru ini, perayaan Natal pada tanggal 25 Desember dilakukan di luar ruangan karena cuaca yang cerah, sehingga orang-orang mayoritas tampil dengan busana atau gaun musim panas untuk menikmati hari libur.
Negara yang juga memiliki sejumlah pantai, maka menjadi destinasi utama masyarakat untuk merayakan. Seperti berselancar atau berjemur ke pantai. Bahkan akan menemukan Sinterklas di beberapa pantai yang memberikan hiburan kepada anak-anak.
Banyak acara luar ruangan juga diselenggarakan karena banyak orang berkumpul dan merayakan festival.
Berbagai instalasi yang bercahaya akan memukau mata, khususnya di landmark ibu kota negara, Canberra, Glebe Park.
Jadi walaupun tidak ada musim dingin, perayaan Natal tetap dirayakan dengan bahagia dan damai. (*)