Tugu Pesut Mahakam Tak Mirip Aslinya, Pengamat : Gagal dari Segi Estetika

Tugu Pesut Mahakam di Simpang Mall Lembuswana yang dinilai tak sesuai dengan hewan pesut aslinya. (Voxnews.id)

Caption: Tugu Pesut Mahakam di Simpang Mall Lembuswana yang dinilai tak sesuai dengan hewan pesut aslinya. (Voxnews.id)

SAMARINDA – Pemerintah Kota (Pemkot) Samarinda baru-baru ini membuat Tugu Pesut Mahakam yang disebut-sebut sebagai ikon baru Kota Tepian itu. Tugu yang terletak di Simpang Mall Lembuswana itu terbangun megah dengan menghabiskan sedikitnya 1,1 miliar.

Meski dibangun dengan nilai yang fantastis, banyak dari masyarakat yang menilai jika Pemkot Samarinda gagal menyimbolkan tugu tersebut sebagai Pesut Mahakam.

Banyak masyarakat yang berkomentar di media sosial jika Tugu Pesut Mahakam justru malah tak mirip dengan hewan aslinya.

Terkait dengan hal tersebut, Pengamat Seni dari Fakultas Ilmu Budaya Unmul, Eka Yusriansyah juga turut berkomentar atas dibangunnya ikon baru itu.

Eka menilai bahwa tugu tersebut telah gagal dari segi estetika, khususnya dari aspek unity, complexity, dan intensity.

“Hanya sedikit orang yang bisa memahami dan menikmati tugu ini. Karena dari bentuk saja sudah berbeda dari pesut aslinya,” ujarnya saat diwawancarai wartawan Voxnews.id.

Karena dianggap tak mirip dengan pesut aslinya, Eka juga mengkritik pembangunan tugu tersebut tidak sejalan dengan tujuan awal, yaitu melestarikan dan mengenalkan mamalia penghuni Sungai Mahakam itu.

“Keberadaan tugu ini justru mengaburkan keberadaan Pesut dari ingatan kolektif masyarakat. Perlu evaluasi dan perbaikan desain,” sebutnya.

Dirinya juga mengatakan bahwa seharusnya pembangunan tugu turut melibatkan masyarakat lokal. Hal ini dikarenakan tidak ada seniman lokal yang diikut sertakan dalam pembangunan tugu tersebut, melainkan seniman dari Bali.

Sehingga dari segi desain dinilainya tak sesuai dengan kearifan lokal yang ada di Samarinda maupun Kaltim.

“Masyarakat harus dilibatkan dalam proses desain untuk memastikan tugu tersebut sesuai dengan kebutuhan dan harapan mereka,” tegas Eka.

Untuk memperbaiki kekurangan tersebut, Eka menyarankan melibatkan seniman lokal dalam proses desain, membuat tugu yang lebih estetis dan edukatif, serta mengoptimalkan penggunaan anggaran.

“Tugu pesut ini gagal menjangkau selera dan pemahaman masyarakat. Alih alih jadi simbol ingatan terhadap fauna khas Kaltim, tugu ini justru sebaliknya akan mengerdilkan fauna, baik dari sisi bentuk dan populasinya,” tutupnya.

Diketahui, pembangunan Tugu Pesut Mahakam ini menghabiskan anggaran 1,1 miliar. Hal ini tentunya menggunakan dua kali lipat anggaran dari pembangunan Tugu Parasamya Purnakarya Nugraha yang sebelumnya dibangun dengan anggaran sebesar Rp 550 Juta di lokasi yang sama. (*)

Penulis : Asrida

Ikuti VOXnews di Google Berita

.

Bagikan berita ini:

-

VOXnews