KATHMANDU – Nepal memasuki salah satu episode paling kelam dalam sejarah politiknya. Gelombang protes yang dipicu pemblokiran media sosial kini menjelma menjadi revolusi generasi. Jalanan Kathmandu dipenuhi demonstran. Asap mengepul, kaca pecah berserakan, dan api melahap gedung-gedung vital pemerintahan.
Pemerintah sebelumnya memblokir Facebook, Instagram, YouTube, WhatsApp, dan X dengan alasan keamanan nasional. Namun, kebijakan itu memicu kemarahan generasi Z yang menolak dibungkam. Mereka menilai pemerintah gagal memahami aspirasi publik.
“Ini bukan sekadar soal media sosial. Ini tentang masa depan kami!” kata seorang demonstran dikutip Reuters, Selasa (10/9).
19 Orang Tewas dan Pembakaran Gedung Parlemen
Dalam dua hari terakhir, bentrokan berubah brutal. Sedikitnya 19 orang tewas dan ratusan lainnya luka-luka. Massa mengamuk, membakar Gedung Parlemen (BICC) dan sejumlah rumah pejabat tinggi negara. Aparat membalas dengan tembakan gas air mata dan peluru tajam.
Tentara kini dikerahkan untuk mengamankan ibu kota. Jam malam diberlakukan tanpa batas waktu. Polisi menangkap sedikitnya 27 orang yang dianggap provokator.
Mundurnya Perdana Menteri
Di tengah tekanan publik dan chaos di jalanan, Perdana Menteri KP Sharma Oli akhirnya mengumumkan pengunduran dirinya. Namun, kabar itu tak meredakan situasi. Aksi protes tetap berlangsung di berbagai wilayah.
Para demonstran menuntut lebih dari sekadar pergantian pemimpin. Mereka menolak sistem politik lama yang dinilai gagal memberi ruang bagi generasi muda.
“Kalau hanya ganti orang, tapi sistem tetap sama, kami akan tetap turun!” ujar seorang mahasiswa di Kathmandu.
Bandara Lumpuh, Ekonomi Nepal Terancam Kolaps
Krisis ini berdampak langsung pada sektor transportasi dan ekonomi. Tribhuvan International Airport ditutup total. Sejumlah penerbangan menuju Kathmandu, termasuk IndiGo dan FlyDubai, dialihkan ke India.
Pemerintah India bahkan sudah menyiapkan operasi evakuasi untuk warganya yang berada di Nepal. Sementara itu, perbatasan kedua negara dijaga ketat untuk mengantisipasi lonjakan pengungsi.
Tuntutan Generasi Z: Reformasi Total
Aksi ini bukan sekadar soal akses media sosial. Generasi Z Nepal menolak praktik korupsi, nepotisme, dan sensor digital. Mereka menuntut reformasi politik total serta kebebasan berekspresi tanpa intervensi pemerintah. (*)