Secuil Harapan Minoritas pada Pilkada Tahun 2024 di Kaltim

Suasana Diskusi Ngopi Pilkada 2024 di Teras Samarinda, Jum'at (11/10/2024).

Caption: Suasana Diskusi Ngopi Pilkada 2024 di Teras Samarinda, Jum'at (11/10/2024).

SAMARINDA – Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Tahun 2024 semakin mendekati puncaknya. Para kontestan terus berkampanye untuk meraup suara masyarakat agar kemenangan bisa digapai. Namun apakah suara ini hanyalah sebatas formalitas semata?

Pertanyaan ini terus digaungkan kepada masyarakat minoritas ketika ditanyai tentang harapannya pada Pilkada Tahun 2024. Pertanyaan ini didiskusikan melalui acara Ngopi Pilkada 2024 yang diinisiasi oleh Koalisi Masyarakat Sipil Kaltim di Teras Samarinda, Jum’at (11/10/2024).

Kerukunan beragama menjadi topik yang menarik. Masyarakat yang beragama bukan mayoritas mengalami susahnya hanya untuk mendirikan rumah ibadah.

Seperti yang disampaikan oleh Pendeta, Hendra Kusuma. Berapa kali para umat Kristen kesusahan untuk mendapatkan izin mendirikan rumah ibadahnya. Padahal, seluruh persyaratan administrasi telah dikantongi.

“Pernah juga gereja sudah mendapatkan rekomendasi dari FKUB, tapi Kemenag (Kementerian Agama) menanyakan lagi sejarahnya gereja bagaimana,” ucapnya.

Kesusahan-kesusahan ini bisa jadi terus berlangsung meskipun Pilkada akan memunculkan sosok pemenangnya. Hendra menilai tidak ada program yang digembor-gemborkan para konstentan yang mencakup untuk seluruh agama.

“Kami ingin ada program inti yang mencakup seluruh agama, bukan hanya sebagai tambahan. Paslon hanya memberikan program untuk agama mayoritas saja.”

“Kaltim butuh orang yang punya hati dan pikiran untuk toleransi dengan minoritas. Bebas diskriminasi, kebebasan beragama dan berkeyakinan. Siapapun kontestan perhatinkanlah untuk semua kelompok minoritas,”pintanya.

Tak hanya Hendra, Willy Sam selaku Pengiat Isu Interseksionalitas pun merasa pupus akan harapan perubahan di Pilkada ini. Ia mewakili para teman-teman trans-intersex atau sex ketiga.

Isu gender dan orientasi seksual hanya menjadi “gorengan” untuk meraup suara di Pilkada. Namun, bukan untuk melindungi hak minoritas interseksionalitas.

“Mendulang suara sangat disayangkan, masih banyak aturan dirancang untuk persekusi atau membatasi hak-hak dari teman minoritas,”katanya.

Willy Sam hanya berharap agar mereka bisa hidup layaknya masyarakat pada umumnya. Bisa duduk dengan tenang di Tepian Mahakam tanpa didatangi oleh Satpol PP dengan mengira akan “jual diri”. Padahal gender dan orientasi seksual yang mengidentifikasi adalah orang itu sendiri, bukan orang lain.

“Dari semua kandidat nggak ada yang benar-benar mempresentasikan harapan teman minoritas. Sama-sama umbar janji manis, lama kelamaan dapat diabetes,”kritiknya.

Baik Hendra maupun Willy Sam tidak ada ekspektasi apapun. Hanya secuil harapan untuk bisa hidup sebagai warga Kaltim seperti para mayoritas.(*)

Ikuti VOXnews di Google Berita

.

Bagikan berita ini:

-

Berita Populer

It seems we can't find what you're looking for.

VOXnews