Voxnews

Mengenal Tonic Immobility, Penyebab Korban Pelecehan Seksual Diam Tak Melawan

Ilustrasi Korban Pelecehan Seksual (Istimewa)

Caption: Ilustrasi Korban Pelecehan Seksual (Istimewa)

Hai Vox and Voxy! Ketika kita berbicara maupun melihat ada kasus pelecehan seksual, adakalanya kalian pasti mempertanyakan mengapa korban pelecehan seksual tidak bisa melawan ? Kenapa hanya diam?

Bahkan, dengan entengnya banyak yang menyalahkan korban karena hanya diam saja ketika dilecehkan. Menurut kalian, apa yang dirasakan korban ketika ditanya hal seperti itu?

Sebagian besar banyak yang mengstandarisasi atau memiliki sosok ideal korban pelecehan seksual. Dimana, korban harus melawan ketika tahu dilecehkan. Apabila tidak melawan, dianggap sebagai consent atau menerima diperlakukan seperti itu.

Padahal, tidak ada standar maupun korban pelecehan seksual yang “sempurna”. Ketika ada korban tidak melakukan perlawanan, ada alasan dan kondisi tertentu yang menyebabkan hal tersebut.

Kondisi ini dinamakan tonic immobility dan kondisi ini merupakan respons alami pada tubuh ketika berada dalam ancaman. Yang mana tubuh akan tiba-tiba membeku ketika merasa terancam.

Yuk kita kenali lebih jauh terkait tonic immobility!

TAHAP-TAHAP TONIC IMMOBILITY

Dalam kondisi ini ada beberapa tahapan yang dirasakan oleh korban yang mengalami tonic immobility :

  • Arousal – yaitu kesadaran seseorang terhadap kemungkinan ancaman
  • Flight Or fight – yaitu respons aktif seseorang untuk melawan
  • Freeze – yaitu respons membeku selama beberapa saat sebelum melawan
  • Tonic immobility (kelumpuhan) and collapsed immobility (pingsan) – yaitu respons ketika ancaman tidak bisa dihindari
  • Queiscent immobility (diam) – yaitu keadaan untuk istirahat dan masa pemulihan akibat trauma

DAMPAKNYA TONIC IMMOBILITY

Kondisi ini menyebabkan korban trauma loh, Vox and Voxy! Kesehatan mental korban menjadi terganggu. Paling banyak dialami adalah meningkatnya gejala gangguan stres pasca trauma (PTSD).

Karena ketika korban mengalami tonic immobility, korban menjadi merasa bersalah akan dirinya karena tidak bisa melawan pelaku. Apalagi kalau dirundung dan dijudge sama orang sekitarnya.

Padahal dia menginginkan adanya support system, malah menjadi semakin trauma dengan dirinya sendiri.

BISA KOK DIATASI

Memang tidak mudah menghilangkan trauma yang dialami korban, apalagi dia mengalami tonic immobility. Tetapi ada beberapa terapi yang bisa dilakukan melalui konsultasi ke psikolog ataupun psikiater.

Beberapa pilihan terapi ini yaitu :

  1. Terapi perilaku kognitif – terapi ini untuk memperbaiki pola pikir korban
  2. Terapi prolonged exposure – terapi ini untuk mengajak korban menghadapi pemicu trauma di tempat yang akan dan mendukung
  3. Terapi EMDR (Eye Movement Desensitization and Reprocessing) – terapi ini untuk mengganti emosi negatif dari trauma yang dialami menjadi pikiran positif
  4. Terapi merawat dan mencintai diri sendiri (self care) – misalnya istirahat yang cukup, memenuhi asupan nutrisi, olahraga rutin, dan kembali membangun dan memelihara hubungan sosial

So Vox and Voxy, kita aware yuk dan tetap berperspektif korban!

Penulis : Tim Vox

Ikuti VOXnews di Google Berita

.

Bagikan berita ini:

-

VOXnews