SAMARINDA — Pemerintah Kota (Pemkot) Samarinda bergerak cepat merespons ancaman banjir yang terus membayangi kawasan Perumahan Haji Saleh, Kelurahan Simpang Tiga, Kecamatan Loa Janan Ilir. Rabu (4/6/2025).
Dari data yang dihimpun, wilayah tersebut tercatat menjadi langganan banjir setiap kali hujan deras melanda. Bahkan, dua kejadian banjir pada 12 dan 27 Mei lalu sempat membuat genangan air mencapai dada orang dewasa.
Bahkan, terdapat tiga sumber utama yang menyebabkan tekanan air berlebih ke kawasan tersebut yakni, Daerah Aliran Sungai (DAS) sekitar Universitas Islam Negeri Sultan Aji Muhammad Idris (UINSI), Kolam Barito, serta limpasan air dari aktivitas pertambangan PT Insani di wilayah Purwajaya, Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar).
“Setidaknya ada tiga arah aliran air yang menekan wilayah ini. Dari DAS sekitar UINSI, Kolam Barito, dan dari aktivitas tambang,” Ungkap Walikota Samarinda, Andi Harun yang langsung hadir dalam tinjauan ke Kawasan perumahan Haji Saleh.
Menanggapi kondisi tersebut, Andi Harun mengungkapkan pihaknya akan berkoordinasi dengan Pemerintah Provinsi Kaltim, Pemkab Kukar, serta pihak perusahaan tambang guna menyusun langkah konkret untuk menekan volume air masuk ke wilayah Loa Janan Ilir.
Selain itu, masalah lain yang memperparah banjir adalah penyempitan Sungai Loa Lah, titik pertemuan tiga sungai besar (Loa Janan, Loa Lah, dan Loa Bui), yang kini dipenuhi bangunan permukiman di atas badan sungai.
“Sungai bukan hanya menyempit karena bangunan di bantaran, tetapi benar-benar di atas badan sungai,” Ujar Andi Harun.
Sebagai langkah awal, Andi Harun telah menginstruksikan camat dan lurah untuk segera menginventarisasi seluruh bangunan di atas badan sungai, termasuk kawasan di belakang Masjid Baitut Thaharah. Targetnya, Pemkot bisa membebaskan koridor air selebar 10–15 meter guna memperlancar aliran sungai.
“Kami minta pekerjaan sodetan bisa dilaksanakan Pemkot dulu, sementara dana dari provinsi tahun depan difokuskan ke normalisasi sungai,” jelasnya.
Andi Harun juga mengajak seluruh masyarakat untuk mendukung proses sosialisasi dan upaya penanganan yang dilakukan pemerintah.
“Jika sungai dinormalisasi dan sodetan dibangun, bukan hanya permukiman yang terbantu. Lahan pertanian juga akan terhindar dari banjir berkepanjangan,” pungkasnya. (ADV/Diskominfo Samarinda)