SAMARINDA – Calon tunggal Wali Kota Samarinda, Andi Harun sempat terkesan menggoda tim panelis ketika menjawab pertanyaan mereka soal RSUD I.A Moeis, di Debat Pilkada Samarinda 2024 pertama yang dilaksanakan di Jakarta, Senin (4/11/2024).
Diketahui, tim panelis menekankan perihal minimnya keinginan masyarakat Kota Samarinda untuk berobat di RSUD I.A Moeis, lantaran lokasinya yang berada di Jalan H.A.M Rifaddin. Sehingga masyarakat kota Samarinda memilih untuk berobat di rumah sakit yang bukan dikelola oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Samarinda.
Selain itu pula, tim panelis juga melihat bahwa digitalisasi program pelayanan rumah sakit secara administrasi saat ini masih belum berkembang di kota Samarinda, mengingat masih banyaknya antrian warga masyarakat yang berobat sehingga cenderung layanan terkesan lambat tidak efisien dan kurang responsif terhadap kebutuhan pasien.
“Bagaimana program Paslon dalam mengatasi hal tersebut?” Begitulah pertanyaan yang diajukan oleh tim panelis.
Andi Harun pun menjawab dengan ala-ala menggoda. Ia mengatakan jika pertanyaan yang disusun oleh tim panelis ini tidak sesuai dengan kenyataan.
“Makasih, bukan bermaksud apoligizing, tapi mungkin pertanyaan yang disusun oleh pihak yang tidak mengunjungi RSUD I.A Moeis dalam satu minggu terakhir,”ucapnya.
Andi mengakui, setelah pihaknya menetapkan Direktur Utama RSUD I.A Moeis yang baru, seluruh fasilitas di rumah sakit telah berbasis digital.
Tak berhenti di situ, Andi melanjutkan godaannya dengan perkembangan termakhir yang terjadi di RSUD I.A Moeis.”Yang kedua juga tidak update informasi tapi sekaligus saya memberitahu bahwa RSUD I.A Moeis adalah rumah sakit pertama dan satu-satunya di Indonesia hingga hari ini, yang baru saja ditetapkan akan dibangun melalui proyek KPBU (kontrak pemerintah dan badan usaha).”
“Sudah mendapatkan SK dari Menteri Keuangan. Yang kedua, pada bulan 11 (November) ini, akan dilakukan tender pra-kualifikasi dan direncanakan akan dibangun dari investor Australia, namanya Aspen Medical Group,”paparnya.
Andi dengan tegas menyatakan bahwa Kota Samarinda bakal memiliki rumah sakit daerah yang berkelas internasional.
Mengenai pertanyaan terkait pelayanan, lanjut Andi, akan ada proses perbaikan manajemen RSUD I.A Moeis. Dimana, dokter-dokter dari Australia maupun dari negara lainnya akan melakukan transfer knowledge (pengetahuan) selama 1-1.5 tahun.
Peran Pemerintah Kota Samarinda Dalam Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjut
Tim panelis juga mempertanyakan mengenai minimnya rumah sakit milik Pemkot Samarinda. Hanya satu saja. Padahal tidak sesuai dengan keadaan demografis di Kota Tepian ini.
Andi pun menjawab tentang peran pemerintah itu sendiri. Ia menilai bahwa pemerintah tidak bisa lagi memonopoli pelayanan publik. Kehadiran pemerintah di sektor itu hanyalah mengatur dan melakukan pembinaan.
“Tapi di sektor private sector, kita hadir sebagai fasilitator. Termasuk rumah sakit swasta,”katanya.
Saat ini, telah banyak puluhan rumah sakit swasta. Pemkot Samarinda di sini hadir memberikan pemberdayaan dan memberikan fasilitasi agar rumah sakit swasta juga terlibat dalam sektor pelayanan publik.
“Oleh sebab itu kita tidak melulu paradigmanya harus bangun (rumah sakit), APBD akan tergerus. Kalo ada sektor swasta yang bisa mengembangkan rumah sakit, mengapa kita harus memaksakan diri harus selalu membangun bangunan rumah sakit,”ujarnya.
Andi menyatakan bahwa pemerintah sebaiknya menjadi pengatur dan pengasuh untuk memfasilitasi sektor privat, guna pengembangan investasi di bidang pelayanan kesehatan. (*)