SAMARINDA — Ancaman krisis ekologi akibat sampah plastik bukan lagi sekadar isu global, melainkan telah menjadi realita yang dirasakan langsung masyarakat Kota Samarinda.
Untuk itu, Walikota Samarinda, Andi Harun, menyampaikan bahwa bencana banjir, kebakaran lahan, hingga menurunnya kualitas tanah pertanian merupakan konsekuensi dari rendahnya kesadaran lingkungan dan budaya hidup masyarakat yang belum berubah.
“Hari ini Hari Lingkungan Hidup, 5 Juni. Kita ambil bagian dalam kegiatan memungut sampah, bersih-bersih lingkungan, khususnya sampah plastik,” Ungkapnya usai menghadiri aksi bersih-bersih lingkungan di Gor Segiri Samarinda. Rabu (5/6/2025).
Lebih lanjut, Andi Harun menyebut berbagai tanda-tanda kehancuran ekosistem sudah nyata terlihat. Sampah plastik yang memerlukan ratusan tahun untuk terurai menjadi penyumbang utama kerusakan lingkungan.
“Tanda-tanda ketidakseimbangan ekologi itu sudah banyak sekali. Bencana kebakaran, banjir, longsor, hingga produktivitas tanah pertanian menurun karena unsur hara terganggu akibat sampah plastik,” Ucapnya.
Selain itu, AH sapaan karibnya menilai semua persoalan lingkungan bersumber dari perilaku manusia sebagai faktor hulu. Kebijakan dan teknologi canggih pengelolaan sampah akan sia-sia tanpa kesadaran kolektif masyarakat.
“Secanggih apa pun alat pengelolaan sampah kita, tanpa kesadaran bersama, semuanya tidak akan selesai. Persoalannya bukan hanya di teknis, tapi di budaya kehidupan kita,” katanya.
Melalui momen Hari Lingkungan Hidup, Andi Harun mengajak seluruh elemen masyarakat untuk menjadikan kesadaran lingkungan sebagai bagian dari budaya hidup sehari-hari, bukan sekadar kampanye tahunan. (ADV/Diskominfo Samarinda)